
TARIAN KESEMBUHAN
Cerpen Karya Syahlaa Nafisa (8.1)
"Ayo menari Arogya," ujar Natya. Ia lalu memutar pedal yang ada di kotak musik. Iringan musik yang tenang pun berputar. Ia pun menari bersama Arogya, penari kecil kesayangannya.
"Hah... hah... Sesak sekali," ujarnya terengah-engah.
♪Baiknya kamu ke kamar. Nanti juga hilang sendiri rasa sesaknya. ♪
"Natya! Ayo ke bawah. makan malam sudah siap!" sang ibu.
Natya yang mendengar ajakan makan malam dari ibu pun menghentikan tarian sahabat mungilnya. Ia turun ke bawah dengan wajah yang pucat.
Kenapa rasa sesak ini tak kunjung menghilang? Tidak biasanya seperti ini. Pikirnya dalam hati.
"Bu, apakah Natya bisa sembuh?" celetuk Natya di meja makan.
"Kenapa Natya bertanya seperti itu? Natya pasti bisa sembuh kok," balas sang ibu.
“Tidak apa-apa, Bu. Natya hanya ingin menjadi penari yang bisa menari dengan bebas tanpa harus merasakan sakit," balas Natya dengan muka yg pucat
Hening. Tidak ada jawaban dari ibu.
Hah hah hah, sesak... Natya hendak meninggalkan meja makan. Namun rasa sesak semakin berat sehingga membuat napasnya tidak beratutan.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya ibu panik.
"Sesak... Sakit bu..." balas sang anak.
Ibu dengan cepat membawa Natya ke dalam mobil.
"Bu... Arogya, bu..." pinta Natya.
Ibu pun paham dan seera mengambil kotak musik kesayangan Natya dan bergegas mengemudi ke rumah sakit.
***
Dua minggu Natya terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya tidak kunjung membaik.
"Uhuk, uhuk...! Bu, apakah Natya bisa sembuh?" tanya sang dengan dengan suara yang lemah disertai dengan batuk kecilnya.
"Nak, takdir itu tidak ada yang tahu. kalau Natya ditakdirkan untuk sembuh, pasti Natya akan sembuh, kok."
Ibu selalu sabar menjawab meski pertanyaan yang anaknya tanyakan adalah pertanyaan yang sama yang terus diulangi setiap jengkal jarum jam.
"Natya yang semangat, ya. Tuhan pasti akan berpihak pada Natya."
***
Dua purnama berlalu. Natya tertidur pulas dalam koma.
Ibu senatiasa berada di samping Natya. Ia selalu merapal doa, berharap Tuhan memberikan keajaiban.
"Janji sama ibu, ya, Nak. Jangan tinggalin ibu." ucapnya lirih.
***
Sunyi keadaan rumah sakit di malam hari. Waktu sudah menunjukan pukul 00.00. cahaya bulan purnama merambat dari jendela yang tirainya bergoyang.
♪ Gadis kecil yang malang. Kau terlalu muda untuk pergi meninggalkan semuanya.♪
Di temaram sinar purnama, keajaiban terjadi! Arogya, penari kecil kesayangan Natya menari di sunyi kamar Cempaka nomor 2. Iringan musik yang tenang dengan tarian cantik yang dilakukan Arogya membuat malam itu begitu lambat. Partitur manis mengiringi tarian sunyi dari tubuh plastik Arogya.
♪Lekas sembuh gadis kecil. Jadilah perempuan dewasa yang bisa menyembuhkan banyak orang. Raihlah apa yang kau inginkan. ♪
Arogya menghentikan tariannya saat cahaya fajar mencengkeram langit.
***
"Bu..." panggil Natya lemas.
Sungguh luruh segala perasaan ibu mendengar panggilan dari Natya kembali. Kakinya lesu. Tubuhnya serasa mau runtuh. Namun, ia paksakan kuat untuk memeluk anaknya yang masih terbaring.
"Natya ingin menjadi penari, kan? Janji sama ibu, ya, Nak. Natya harus sembuh!" ujar ibu tersendat karena tangisnya yang berat
“Natya janji. Natya akan sembuh dan menjadi penari yang cantik dan hebat.”
***
Tahun demi tahun telah berganti. Kini Natya telah menulis lembaran baru dalam hidupnya. Natya telah menjadi penari yang cantik dan hebat serta bisa menari dengan bebas seperti apa yang ia inginkan.
"Nirvana Denatya!" panggil sang pembawa acara.
"Bu! Natya menang, Bu!" teriaknya senang
"Selamat, Nak. Ibu bangga sama kamu."
"terima kasih, Bu.”
...
Terima kasih, Arogya.
Share to :